Penyebab, Gejala, Risiko, & Pencegahan

Penyebab, Gejala, Risiko, & Pencegahan


Ketuban pecah dini (KPD) adalah kondisi pecahnya kantung ketuban yang membuat air ketuban merembes, meskipun hari perkiraan lahir (HPL) belum datang.

Ada dua jenis KPD, yakni PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes) yang terjadi jika ketuban pecah sebelum usia kandungan 37 minggu. Lalu, PROM (Premature Rupture of Membranes) jika ketuban pecah setelah usia kandungan 37 minggu.

Ibu yang mengalami ketuban pecah dini akan merasakan keluar cairan dari vagina secara terus-menerus tanpa henti.

Cairan ini berwarna bening, tidak berbau. Keluarnya cairan disertai rasa mulas di perut.

Artikel Terkait: Waspadai Air Ketuban Merembes

Apa Itu Ketuban Pecah Dini?

Cairan ketuban adalah cairan hangat yang mengelilingi dan melindungi janin saat mereka tumbuh di dalam rahim.

Cairan tersebut dilindungi atau ditahan oleh membran atau lapisan yang disebut kantung ketuban.  

Pada tingkat tertinggi, cairan ketuban di perut berjumlah sekitar 1 liter. Setelah usia kehamilan 36 minggu, jumlah cairan ketuban ini akan mulai berkurang (tanda tubuh siap melahirkan bayi) dan dokter akan mulai sering memantaunya melalui ultrasonografi (USG) untuk memperkirakan apakah jumlah cairan ketuban yang ada di dalam rahim cukup atau tidak hingga mendekati hari persalinan. 

Umumnya, kantung ketuban pecah selama persalinan atau selama 24 jam sebelum persalinan dimulai.

Bahkan, pada beberapa kasus, ketuban pecah dini (premature rupture of the membranes/PROM) pecah sebelum minggu ke-37 kehamilan –disebut “pecah ketuban”.

Semakin cepat air ketuban pecah, maka semakin serius kondisi Anda terutama si bayi.

Kapan Umumnya Terjadi?

Biasanya, ketika ketuban pecah itu adalah pertanda bahwa persalinan akan segera dimulai. Jika persalinan tidak dimulai dalam 6 hingga 12 jam, maka risiko infeksi akan meningkat.

Akan tetapi, jika ketuban pecah sebelum 37 minggu kehamilan, kondisi ini memerlukan penanganan serius karena dapat menyebabkan persalinan prematur.

Segera hubungi dokter, serta ada pula kemungkinan Bunda harus tinggal di rumah sakit sampai bayi lahir.

Apa Saja Penyebab Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil?

Dalam kebanyakan kasus, penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau tidak memiliki faktor risiko.

Beberapa penyebab yang paling utama biasanya adalah jika ibu hamil mengalami infeksi di bagian rahim, leher rahim, atau vagina.

Namun, ada beberapa hal lain yang dapat menjadi pemicu terjadinya pecah atau keluarnya air ketuban. Di antaranya:

  • Terjadinya kontraksi yang memberi tekanan dan membuat kantung ketuban meregang lalu robek
  • Trauma atau pernah cedera di bagian organ reproduksi karena kecelakaan, seperti jatuh dari kendaraan bermotor
  • Cairan ketuban terlalu banyak atau janin kembar, hingga menyebabkan kantung ketuban terlalu melebar dan lapisannya lebih tipis
  • Minum alkohol saat hamil dan/atau merokok 
  • Stres
  • Pernah menjalani operasi atau biopsi di bagian serviks
  • Pernah melahirkan secara prematur atau mengalami ketuban pecah dini di kehamilan sebelumnya
  • Tekanan darah tinggi saat hamil
  • Indeks massa tubuh (IMT) yang rendah pada ibu hamil
  • Infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi menular seksual (IMS)
  • Plasenta terpisah dari rahim.

Apa Tanda Ketuban Pecah Dini?

ketuban pecah dini

Tanda terbesar dari ketuban pecah adalah cairan yang bocor dari vagina. Mungkin, bocor perlahan atau menyembur tiba-tiba dari vagina. Ketuban pecah dini ini terjadi jauh sebelum hari persalinan dan Anda harus mewaspadainya. 

Menurut American Pregnancy Association, hanya 1 dari 10 ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini yang terasa seperti semburan yang kencang.

Namun, bagi kebanyakan kasus ketuban pecah dini, air ketuban yang keluar dari vagina bisa jadi hanya merupakan tetesan atau rembesan.

Cairan ketuban memiliki ciri-ciri berwarna jernih atau bening. Namun, juga bisa berbintik-bintik putih, dan/atau bercampur dengan lendir atau darah. Cairan ketuban tidak berbau khas seperti urine dan sering membasahi celana dalam.

Saat hamil, Bunda akan sering sekali merasakan sesuatu yang keluar dari vagina. Khususnya di usia kehamilan trimester tiga, kandung kemih menjadi lebih cepat penuh dan urine sering kali keluar tanpa sengaja.

Vagina juga dapat menghasilkan cairan ekstra untuk membantu bayi keluar dengan lebih mudah saat persalinan dan cairan tersebut bisa saja keluar.

Jadi, sulit untuk menentukan apakah cairan yang keluar dari vagina adalah urine, cairan ketuban, atau cairan lainnya.

Melansir dari Healthline, ada cara lain yang bisa Bunda coba untuk menentukan apakah cairan tersebut adalah cairan ketuban atau bukan.

Pertama, kosongkan kandung kemih dengan buang air kecil. Tempatkan pembalut atau panty liner di pakaian dalam dan periksa cairan yang ada di pembalut setelah 30 menit hingga satu jam dengan cara melihat warna cairan dan baunya.

Jika cairannya berwarna kuning, kemungkinan itu adalah urine. Jika warnanya bening dan tidak berbau, bisa jadi ini cairan ketuban. 

Cara lainnya adalah mengenakan pembalut atau panty liner dan berkonsentrasi untuk menahan otot-otot dasar panggul dengan kencang, seolah-olah sedang mencoba menghentikan aliran urine.

Jika Bunda melakukan ini dan tidak melihat cairan apa pun di pembalut, cairan tersebut mungkin adalah urine.

Jika Anda mengira ketuban Anda telah pecah, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda. Anda perlu diperiksa sesegera mungkin.

Artikel terkait: 5 Masalah cairan ketuban yang sering terjadi, Bumil perlu waspada nih!

Faktor Risiko

Berikut adalah mereka yang termasuk memiliki risiko tinggi untuk mengalami pecah ketuban dini:

  • Merokok selama kehamilan
  • Menggunakan obat-obatan terlarang
  • Kekurangan gizi dengan indeks massa tubuh yang rendah
  • Pernah mengalami ketuban pecah dini sebelumnya
  • Mengalami perdarahan pada trimester kedua dan trimester ketiga
  • Pernah mengalami infeksi pada uterus, serviks, atau vagina dan ketuban
  • Memiliki serviks yang pendek.

Apa Arti Kode ICD 10 Ketuban Pecah Dini?

Melansir Alodokter, kode ICD 10 merupakan kode untuk diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD), yaitu yang ditandai dengan kode induk O42.

Kode ini menjelaskan proses tindakan KPD yang kemudian dapat diperuntukkan untuk kepentingan klaim BPJS atau asuransi kesehatan lainnya oleh si pasien. 

Namun sebelum memberikan kode ketuban pecah dini (O42) pada pasien, tenaga medis harus memastikan ketuban pada pasien sudah pecah dan persalinan bakal terjadi. 

Contoh pemberian kode ICD: 

  • Dalam 24 jam setelah pecah = O42.0 
  • Waktu 24 jam setelah pecah = O42.1
  • Waktunya tidak dapat ditentukan = O42.9

Risiko Komplikasi Akibat Ketuban Pecah Dini

ketuban pecah dini

Berikut ini adalah komplikasi yang bisa terjadi jika air ketuban pecah sebelum kehamilan cukup bulan.

  • Melahirkan secara prematur.
  • Ari-ari menempel di rahim setelah bayi keluar atau retensio plasenta. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu mengalami perdarahan hebat.
  • Cairan ketuban terlalu sedikit (oligohidramnion) yang bisa menyebabkan infeksi pada janin hingga kematian janin.
  • Solusio plasenta, ari-ari lepas dari dinding rahim sebelum persalinan terjadi.
  • Putusnya tali pusar yang menghubungkan janin dengan plasenta.
  • Migrasi bakteri dari vagina ke kantung ketuban hingga menyebabkan infeksi berbahaya.
  • Tali pusar terjepit atau terlilit hingga menyebabkan bayi mengalami cedera otak atau bahkan kematian.
  • Bila ketuban pecah sebelum usia kandungan 23 minggu, ketika bayi masih memerlukan cairan ketuban untuk pertumbuhan paru-parunya. Hal ini akan menyebabkan paru-paru bayi menjadi tidak sempurna.

Artikel terkait: Solusio Plasenta – Plasenta Lepas saat Hamil yang Bisa Picu Persalinan Prematur

Jumlah/Level Ketuban Normal

Jumlah cairan ketuban cenderung meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, dan mencapai titik tertinggi sekitar usia kehamilan 36 minggu.

Pada usia kehamilan 12 minggu, cairan ketuban memiliki volume sekitar 60 mililiter. Kemudian pada usia kehamilan 16 minggu akan bertambah menjadi 175 ml.

Memasuki minggu ke 34 hingga 38, jumlahnya akan bervariasi sekitar 400 hingga 1.200 ml.

Untuk mengukur kadar cairan ketuban, dokter dapat menggunakan USG. Ada dua cara penghitungan yang dikenal dengan istilah amniotic fluid index (AFI) atau maximum vertical pocket (MPV).

Kadar cairan ketuban dianggap rendah jika nilai AFI kurang dari 5 cm atau MPV kurang dari 2 cm.

Bagaimana Cara Mencegah Ketuban Pecah Dini?

Berikut ini beberapa cara mencegah ketuban pecah dini:

  • Menjaga Kesehatan Selama Hamil

Kondisi kesehatan ibu hamil yang menurun sering menjadi penyebab kantung ketuban pecah sebelum waktunya.

Oleh karena itu, ibu hamil harus rutin memeriksakan diri ke dokter, agar kondisi ibu dan janinnya bisa dipantau dengan baik.

  • Konsumsi Makanan Mengandung Vitamin C dan Zat Besi Tinggi

Vitamin C bisa menguatkan membran di kantung ketuban, sehingga menurunkan risiko ketuban pecah atau air ketuban merembes. Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi vitamin C yang cukup.

Selain itu, ibu hamil juga disarankan mengonsumsi banyak sayuran hijau dan kacang-kacangan yang mengandung zat besi. Fungsinya untuk menguatkan ibu dan janin dalam kandungan.

Asap rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil. Hindari paparan asap rokok selama hamil baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.

Artikel terkait: Dampak asap rokok pada ibu hamil

Ibu hamil sebaiknya jangan dibiarkan untuk melakukan pekerjaan berat atau terlalu capek. Bila merasa lelah, segeralah beristirahat. Kondisi tubuh ibu hamil tidak boleh terlalu drop, karena bisa menyebabkan komplikasi seperti air ketuban yang pecah terlalu dini.

  • Hati-Hati saat Berhubungan Seks

Saat ingin berhubungan seks dengan suami, lakukan dengan hati-hati. Kalau perlu mintalah saran dari dokter mengenai posisi dan waktu yang tepat untuk melakukannya. Suami juga harus hati-hati. Bila kehamilannya berisiko, sebaiknya puasa seks dulu sampai bayi lahir.

Ini yang Terjadi Setelah Ketuban Pecah Dini dan Cara Menanganinya

Kenali Tanda Ketuban Pecah Dini, Ini Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Jika mengalami ketuban pecah dini, segeralah ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter. Sambil menunggu kunjungan ke dokter atau perawatan medis lainnya, Bunda tidak boleh memasukkan apa pun ke dalam vagina, misalnya tampon, dan tidak boleh berhubungan seksual agar bakteri tidak masuk ke dalam vagina.

Untuk memastikan Anda mengalami ketuban pecah dini, dokter akan mengambil sampel cairan untuk menentukan apakah itu benar cairan ketuban. Selain itu, juga dapat dilakukan tes untuk menentukan penyebab kebocoran.

Tes-tes ini dapat mencakup pemeriksaan vagina untuk melihat apakah serviks sudah melunak dan melebar (terbuka), dan apakah ibu hamil sudah mulai memasuki proses persalinan. Ultrasonografi dapat membantu dokter memeriksa berapa banyak cairan di sekitar bayi.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes pewarna, yaitu memasukkan pewarna biru ke dalam kantung ketuban dan meminta ibu untuk memakai pembalut. Jika pewarna muncul di pembalut, ini bisa menunjukkan kebocoran cairan ketuban.

Penanganan medis yang diterima akan tergantung pada usia kehamilan, keadaan janin, dan ada atau tidaknya tanda-tanda komplikasi lain seperti infeksi atau solusio plasenta.

Dan bila dokter menemukan bahwa Anda mengalami KPD, maka Anda harus berada di rumah sakit hingga bayi lahir.

Berikut adalah beberapa gejala yang merupakan tanda kegawatdaruratan pada kasus ketuban pecah dini:

  • Cairan yang keluar berbau busuk, berwarna hijau atau cokelat
  • Demam
  • Rahim atau perut terasa lembek
  • Detak jantung cepat
  • Penurunan berat badan yang drastis

Usia Kehamilan di Atas 37 Minggu

Jika usia kehamilan Anda sudah melewati 37 minggu, maka bayi sudah siap untuk dilahirkan dan dokter akan merekomendasikan Anda segera melahirkan. Semakin lama persalinan dimulai, semakin besar peluang Anda terkena infeksi. 

Anda bisa menunggu sesaat hingga dapat melahirkan normal dengan bantuan induksi atau operasi caesar –tergantung pada riwayat kehamilan.

Wanita yang melahirkan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah lebih kecil kemungkinannya untuk terkena infeksi. Jadi, jika persalinan tidak dimulai sendiri, lebih aman untuk diinduksi.

Usia Kehamilan Antara 34 dan 37 Minggu

Jika usia kehamilan Anda antara 34 dan 37 minggu saat ketuban pecah, tenaga medis kemungkinan akan menyarankan agar Anda diinduksi karena akan lebih aman bagi bayi untuk dilahirkan beberapa minggu lebih awal daripada Anda berisiko terkena infeksi.

Ada kemungkinan juga persalinan ditunda untuk memberi bayi kesempatan berkembang lebih lanjut. Ibu hamil dan bayinya akan dipantau dengan cermat selama waktu ini.

Usia Kehamilan di Bawah 34 Minggu 

Jika air pecah sebelum usia kehamilan 34 minggu, itu bisa serius. Jika tidak ada tanda-tanda infeksi dari Anda, dokter mungkin mencoba menunda persalinan dengan mengistirahatkan Anda secara total.

Bersamaan dengan itu, obat steroid dapat diberikan untuk membantu mempercepat pertumbuhan paru-paru bayi di dalam kandungan –paru-paru cukup matang jika bayi lahir prematur. Dalam beberapa kasus, bayi juga diberikan Magnesium sulfat (sebelum 32 minggu) untuk mengurangi risiko kerusakan saraf pada bayi.

Bunda juga akan menerima antibiotik untuk membantu mencegah infeksi, juga untuk memperpanjang masa laten (waktu dari ketuban pecah hingga melahirkan). 

Perkembangan ibu dan bayi akan terus dipantau dokter di rumah sakit. Setelah janin cukup kuat, persalinan pun akan diinduksi.

Pertanyaan Populer Terkait Ketuban Pecah Dini 

Kenali Tanda Ketuban Pecah Dini, Ini Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Apakah bahaya ketuban pecah dini bagi janin? 

Laman Rumah Sakit Pondok Indah menyebutkan beberapa bahaya dari ketuban pecah dini. Katanya, bila ketuban pecah terjadi sebelum usia kehamilan 26 minggu, ini yang akan terjadi: 

  • Deformitas janin atau amputasi organ tubuh akibat terjerat selaput ketuban (amniotic band syndrome)
  • Paru tidak berkembang sempurna (hipoplasia paru)
  • Terhambatnya pertumbuhan janin. 
  • Meningkatnya risiko kemungkinan terjadinya infeksi dalam kandungan (intra uterine infection
  • Prolaps tali pusat karena bayi berada dalam kondisi melintang maupun sungsang (bokong di bawah)
  • Tali pusat keluar dari mulut rahim dan jatuh ke dalam vagina hingga akhirnya membatasi aliran darah ke bayi (karena tidak ada penghalang seperti kepala, misalnya). 

Berapa lama bisa bertahan jika air ketuban pecah? 

Healthline menjelaskan, berapa lama bayi dapat hidup setelah air ketuban pecah tergantung pada sejumlah faktor. Berikut ini penjelasannya:

  • Dalam kasus bayi prematur. Bayi dapat bertahan hidup dengan baik selama berminggu-minggu dengan pemantauan dan perawatan yang tepat di rumah sakit.
  • Usia kehamilan minimal 37 minggu. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa mungkin aman untuk menunggu 48 jam (dan terkadang lebih lama) hingga persalinan dimulai dengan sendirinya. 

Kuncinya adalah pemantauan. Jika ketuban Anda pecah dan Anda tidak mendapatkan perawatan medis, maka bayi Anda dapat menghadapi beberapa risiko serius bahkan meninggal. Anda juga berisiko terkena infeksi dan komplikasi lainnya.

Ketuban pecah dini apakah bisa lahir normal? 

Tentu saja bisa! Dengan catatan, menurut MSD Manual, bila saat ketuban pecah usia kehamilan sudah di atas 34 minggu. Saat itu janin sudah dianggap cukup matang dan persalinan pun sudah bisa dimulai secara artifisial (diinduksi). Persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama untuk menghindari risiko infeksi pada rahim dan janin. 

Dokter juga akan menganalisis sampel cairan ketuban untuk menentukan seberapa matang paru-paru janin. 

Apakah bayi masih aktif bergerak saat ketuban pecah? 

Salah satu fungsi air ketuban adalah untuk memungkinkan bayi bergerak bebas di dalam rahim untuk menunjang perkembangan otot dan tulangnya. Nah, jika air ketuban sedikit karena pecah, maka pergerakan bayi pun berkurang.

Jadi bisa dibilang, sejauh mana aktivitas bayi di dalam rahim tergantung dari seberapa banyak air ketuban yang hilang. 

Apakah pecah ketuban bisa dilihat dari USG? 

Ya, tentu saja bisa dan hasilnya biasanya akurat!

***

Itulah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seputar ketuban pecah dini. Semoga bermanfaat, ya, Bun.

Artikel diupdate oleh: Ester Sondang

Leaking Amniotic Fluid During Pregnancy: What Does It Feel Like?

https://www.healthline.com/health/pregnancy/leaking-amniotic-fluid 

Leaking amniotic fluid (premature rupture of membranes)

https://www.babycenter.com/pregnancy/health-and-safety/premature-rupture-of-membranes_40007984# 

Signs and causes of leaking amniotic fluid

https://www.medicalnewstoday.com/articles/322878 

Leaking amniotic fluid (premature rupture of membranes)

https://www.babycenter.com/pregnancy/health-and-safety/premature-rupture-of-membranes_40007984# 

Prelabor Rupture of Membranes (PROM)

https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/abnormalities-and-complications-of-labor-and-delivery/prelabor-rupture-of-membranes-prom 

Baca juga:

https://id.theasianparent.com/penyebab-terjadinya-persalinan-dini 

https://id.theasianparent.com/yang-dirasakan-bayi-saat-persalinan 

https://id.theasianparent.com/apa-yang-terjadi-setelah-melahirkan-bayi 

 

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *